Panglima Aceh Merdeka Tgk Abdullah Syafii


Tgk Abdullah Syafii masuk GAM pada 3 Desember 1976, sehari sebelum Wali Negara Hasan Tiro memproklamirkan GAM di Buket Halimon (Cot Kang), Pidie. Tgk Lah tidak pernah mendapat pendidikan militer. Keahlian tempur dan gerilyanya didapat secara otodidak, setelah sering terlibat peperangan dengan tentara. Soal ilmu tempur dan gerilya ia banyak mendapat ilmu dari seniornya, Daod Paneuek, pentolan GAM asal Pasi Lhok, Keumbang Tanjong, Pidie.
Saat itu jumlah senjata dan pasukan GAM di Pidie belum banyak. Tgk Lah memimpin pasukannya dari markas Tiro. Untuk memperkuat pasukannya, pada Mei 1995 kelompoknya bergabung dengan pasukan Mentri Hamid Idris yang berbasis di Geuleumpang Minyeuk. Tentang ini pernah disiarkan Kontras edisi 175 dengan tajuk Lika-liku Pemimpin Gerilya. Penggabungan pasukan Tgk Lah dengan pasukan Mentri Hamid dilakukan untuk memperkuat barisan, mereka memiliki 15 pucuk sejata. Jumlah yang besar untuk masa itu.
Sebelumnya TNI dari Satuan Tugas Tribuana VI pada pertegahan 2005 pernah mendeteksi Tgk Lah hanya memimpin sekelompok kecil pejuang GAM di Tiro. Bersama Tgk Lah TNI memperkirakan ada 10 gerilyawan, masing-masing mereka bersenjata. Tgk Lah memegang senjata jenis AK 47 dan pistol, rekannya Zainal Abidin menyandang senjata SS1. Tapi meski mendapat informasi seperti itu, TNI tidak berhasil menangkap Tgk Lah dan pengikutnya.
Tujuh bulan kemudian, tepatnya pada 1 Januari 1996, Tgk Lah diangkat menjadi Panglima GAM Komando Pusat Tiro. Tapi markasnya tidak hanya di Tiro. Mobilitas pasukan Tgk Lah sangat tinggi, sehingga tidak mudah dideteksi oleh TNI.
Tapi pada 21 Januari 2002, perang besar terjadi di pegunungan Cubo dari pagi hingga sore. Lebih 1.000 TNI sudah seminggu mengepung kawasan itu. Untuk menghadapi serangan TNI, pasukan GAM yang kalah jumlah dan senjata berpencar. Abu Bakar Ubit salah seorang kombatan GAM yang terlibat dalam perang itu bertemu dengan Tgk Lah dalam satu pasukan, meski tidak berdampingan langsung dengan Tgk Lah.
Abu Bakar Ubit mengisahkan, TNI yang sudah mengepung pengunungan Jim-Jiem dan Cubo terus merayap sampai ke Krueng Bla. Di sinilah awal pecah perang sengit. Tgk Lah dan pasukannya terus begeser sambil membalas tembakan. Ketika perang reda, Tgk Lah dan pasukannya bermalam di pegunungan Alue Mon.
Esoknya pada pagi 22 Januari 2002, sekitar pukul 08.10 WIB, perang kembali pecah. TNI sudah mengepung lokasi Tgk Lah di perbukitan Alue Mon. Perang baru reda sore hari sekitar pukul 18.00 WIB. Perang itu membuat pasukan GAM terpencar. Sebagai panglima, Tgk Lah tidak mundur dari kecamuk perang. Ia syahid setelah peluru TNI menembus dadanya. Bersama Tgk Lah juga gugur istrinya, ummi Fatimah Binti Abdurrahman, pengawalnya Muhammad bin Ishak, dan penasehatnya Muhammad Daud bin Hasyim. Sembilan orang TNI juga tewas dalam pertempuran itu. Jasad Tgk Lah dan pengikutnya diambil warga dibawa ke RSUD Sigli. Keempatnya dikuburkan bersisian di belakang rumah Tgk Lah di Cubo, Pidie Jaya pada 24 Januari 2002.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.